situs iklan klik

Monday, October 29, 2012

AIR MATA TENGAH MALAM

Prosesi pelepasan para mahasiswa dan mahasiswi masih berlangsung. Duduk ditengah-tengah aula kampus seorang gadis ditemani oleh kedua orang tuanya. Tak seperti gadis lain yang sibuk dengan ponsel dan black berry ditangan mereka, gadis itu sangat hikmat mengikuti prosesi pelepasan calon sarjana. Ayah dan ibunya terlihat bangga mendampingi anak gadisnya yang telah menyelesaikan bidang studinya. Kebanggaan kedua orang tua itu bertambah sempurna ketika nama anaknya menggema di aula itu. “addela Adoncia peraih siswa siswi terbaik untuk tahun ini dari fakultas ilmu komunikasi.” Pengumuman itu menggerakkan keduanya untuk memeluk erat anaknya dengan penuh rasa bangga. Gadis itu tersenyum dengan syukur yang terus mengalir dari bibirnya sambil menggemgam kedua tangan bapak ibunya. Kini Adellla menjadi teladan baru dalam keluarganya setelah gelar sarjana yang diperolehnya. Ia mempunyai dua orang adik yang masih bersekolah. ibu adella sering sekali menyuruh kedua adiknya untuk mengikuti jejak kaka perempuannya yang telah sukses dalam belajarnya. “lihat kaka kalian! Ketekunannya membawakan hasil bukan? Kalian juga harus menjadi yang terbaik di sekolah kalian dan nantinya ambillah jurusan yang sama dengan kaka kalian.” Ibunya menasehati adik-adiknya setiap makan malam bersama. “Tidak bisa begituh dong mah, Elvin dan Helen kan mempunyai cita-cita dan hobi yang berbeda dengan Della mah.” Della menanggapi pembicaraan ibunya dengan penuh kelembutan. Ia sadar bahwa ibunya seorang yang keras, dengan demikian ia selalu berhati-hati ketika menyampaikan pendapat yang berbeda dengan ibunya. “Della betul mah. Elvin lebih suka hal-hal yang berhubungan dengan teknologi. Sementara Helen kita tau dia sangat menggemari tari.” Sambung Bapaknya melengkapi obrolan mereka di meja makan. “Elvin ga mau kuliah mah. Elvin mau langsung kerja saja. Lagi pula setelah Elvin lulus nanti siswa yang berprestasi akan langsung disalurkan kerja mah.” “Helen mau kuliah mah, asal dijurusan seni tari ya mah.” Kedua adik Adella itu akhirnya ikut meramaikan obrolan keluarga dimalam itu. “Terserah kalian saja lah. Mau kuliah atau tidak yang penting kalian tekun dalam hal apapun yang kalian jalani. Seperti papa kalian itu, tidak kuliah tapi sukses dalam karirnya. Itu karena papa kalian tekun. Mamah lihat anak sekarang beda sekali dengan anak-anak zaman papa dan mamah.” Ibu kembali membuka wacana obrolan keluarga. “Dan sekarang satu keinginan mamah, kapan kamu mau menikah Del?” Pertanyaan ibunya membuat gadis yang baru saja memperoleh gelar sarjananya kaget. Dia bingung harus menjawab bagaimana atas pertanyaan ibunya. Selama ini ia tak pernah bersentuhan dengan soal percintaan. Ia selalu menghabiskan waktunya dengan buku-buku perkuliahan. Karena pertanyaan itu ia menjadi bingung bagaimana ia akan mendapatkan pasangan hidupnya. “kalau sudah dating jodohnya nanti Della juga menikah mah. Kita sabar saja dan bantu dengan doa-doa kita.” “Tapi pa, mamah ga mau kalau anak kita yang sudah sarjana ini mendapat pasangan yang tidak serasi dalam hal statusnya pa. Mamah mau Della juga mendapat pasangan yang sarjana, dan sudah bekerja sebagai pegawai negeri pa. Laki-laki yang semacam itu akan member jaminan hidup Della kelak akan bahagia pa.” Kahirnya obrolan itu ditutup dengan perdebatan ayah dan ibu mereka tentang pernikahan Adella. *** Adella tak bisa memejamkan matanya sedikitpun di dalam kamarnya. Ia masih dihantui oleh tuntutan ibunya yan menginginkan ia cepat menikah dan harus dengan orang yang berstatus tinggi. Umurnya memang sudah meninjak usia yang pantas untuk sebuah pernikahan yaitu 25 tahun. Ia tak mau focus dalam mencari pasangan hidupnya. Kini ia sedang memfokuskan dirinya untuk mengabdi kepada masyarakat sesuai dengan gelar yang diperolehnya sebagai sarjana ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat. Namun disamping ia menyibukan diri dengan pekerjaanya, ia selalu bangun ditengah malam dan berdoa agar ia memperoleh pasangan hidup dengan segera. Hampir tiap malam air mata si gadis mengalir membasahi celah-celah wajahnya, mengiringi doa yang terucap di hati dan bibirnya. Akhirnya jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan kepada tuhan akan pasangan hidupnya terjawab. Suatu ketika ia sedang mengadakan Pembinaan masyarakat disebuah desa kecil. Disanahlah cerita cintanya untuk pertama kali dimulai. Perkenalannya dengan seorang peria membuatnya mulai mengenal cinta yang terbungkus oleh rasa. Ia kagum dengan wibawa si pria yang sangat peduli dengan kondisi masyarakat yang sedang ia tangani. Masyarakat di desa kecil itu tertinggal jauh dengan masyarakat di desa lainnya dalam hal pendidikan dan kesehatan. Ia kagum karena si pria berhasil mengajarkan anak-anak di desa itu melek teknologi. Dengan sebuah netbook yang ia miliki, secara bergantian anak-anak didiknya diajarkan bermain computer. Akan tetapi jawaban atas doanya terbilang tidak sempurna. Ia menemukan orang yang dicari untuk mendampingi hidupnya bukan dari kalangan yang diinginkan oleh ibunya. Pria itu hanyalah buruh yang bekerja sebagai operator. Ia tak mau melawan keinginan ibunya. Ia tidak mau menjadi anak yang tak berbakti. Kembali air mata gadis itu membasahi malam-malam yang sunyi dan membekukannya. Kini ia harus menangis untuk melawan perasaanya yang telah jatuh cinta kepada pria yang baru saja ia kenalnya. Pernah ia menceritakan kepada ayanya akan pertemuannya dengan pria desa itu. Sebagai seorang yang bijak dan berpembawaan lembut, bapaknya menyutuji kisa percintaan anaknya. Kini ia bingung dan hanya kembali bisa menangis mengadukan kepada tuhan. Suatu hari ibunya memanggilnya dan menyampaikan kabar bahwa ia sudah menemukan pria yang dianggap cocok untuk pendamping anaknya. Adella pun diperkanalkan dengan laki-laki yang menjadi idaman ibunya. Adella tidak ingin mengecewakan ibunya, maka ia menerima saja perkenalan itu. Tak lama dari perkenalan itu si pria pun langsung mengajak si gadis untuk menjalin hubungan. Keinginan si priapun disampaikan Adella kepada ibunya. Si ibu menyetujui dan mengizinkan si pria menjalin hubungan dengan Adella anaknya karena dianggapnya itu sebagai ajang perkenalan individu untuk jenjang pernikahan. Lumayan lama menjalani hubungan dengan pilihan ibunya Adella terlihat tak bahagia. Ia tak menemukan sosok pria tulus pada diri pasangannya itu. Lagi-lagi air matanya membasahi malam-malam sunyi nan sepi. Pintanya kini agar tuhan membukakan kedok asli si pria yang menjadi kandidat jodohnya yang dicalonkan ibunya. Beberapa hari kemudian ibunya pulang dengan wajah yang sedih. Dalam kesedihannya itu ia menatap Adella anaknya dengan penuh kasih saying yang teramat dalam. “Mamah kenapa? Sepertinya mamah kecewa sekali mah?” Tanya Adella dengan penuh kecemasan. “Maafkan mamah ya Del. Mamah terlalu memaksakan kamu untuk memenuhi keinginan mamah. Ternyata tadi mamah lihat Ardi tengah bermesraan disebuah kafe dengan seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah pacar Ardi Del.” Pernyataan maaf ibunya lantas membuat Adella terdiam beberapa lamanya. Ia kembali merenungkan inilah hasil air matanya yang mengalir ditengah malam. Yang mengantarkan doa-doanya terbang ke langit ke-7. “Kamu marah dengan mamah Del?” Tanya ibunya dengan rasa bersalah. “Tidak mah. Tak ada kejadian yang perlu Adella jadikan alas an untuk menaikan emosi Adella mah. Semua kejadian yang Adella alami ini, tak lepas dari aturan Allah mah.” Ucapan Adella melegakan hati ibunya. Ia memeluk erat anaknya. “Mamah tidak akan memaksakan pasangan hidupmu lagi Del. Mamah serahkan saja kepada kamu, karena kamu yang tau bagaimana kebahagiaan itu bisa kamu dapatkan. Pesan mamah Carilah pria yang memiliki tanggungjawab tinggi, tak perlu status tinggi atau pekerjaan yang mewah. Mamah sadar bahwa mamah mendapatkan papamu bukan dilihat dari statusnya. Mamah mengenal dia sebagai pria yang lembut, bijaksana dan tekun.” “Della ingin bertanya kepada mamah. Apakah mamah akan melarang Della menikah dengan orang yang cacat mah?” Adella melontarkan pertanyaan kepada ibunya dengan rasa khawatir. Khawatir ibunya akan kecewa lagi. “Jika kamu harus mendapatkan jodoh dengan orang cacat sekalipun Del, mamah tak akan melarang. Merekapun punya caranya untuk membahagiakan dirimu nak.” Jawaban ibunya sungguh membuat Adella kaget dan kagum. Diluar dugaanya ibunya kini menjadi sosok ibu yang demokratis. Ibunya tak lagi mempermasalahkan keinginan anaknya untuk mendapatkan pasangan hidupnya sesuai yang ia ingini. Memang Setelah hubungannya kembali gagal dengan pria pilihan ibunya, Adella jatuh cinta dengan teman lamanya yang mempunyai kekurangan. Secara tak sengaja mereka bisa berkomunikasi lagi dengan bantuan teknologi. Adella berhasil mengatasi permasalahan-permasalahan yang ia hadapi dengan air matanya di tengah malam. Bahkan permintaanya agar ibunya berubah terkabulkan. Adella Adoncia terus mengalirkan air-air matanya ditengah malam. Bukan lagi mengadu kepada tuhan, kini ia mensyukuri segala yang ia peroleh.

No comments:

Post a Comment

please your messege!comment please!