situs iklan klik

Saturday, November 26, 2011

DISABILITAS DAN PANDANGAN MASYARAKAT

Era baru telah memberikan janji-janji kepada masyarakat akan sebuah kebebasan, baik itu kebebasan individu, maupun kelompok. Sudah barang tentu kebebasan tidak mengenal perbedaan baik itu perbedaan pisik atau nonpisik sekalipun asal mereka mau berkarya menjadi hak setiap mahluk sosial. Lalu bagaimana dengan realita yang banyak kita jumpai secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui pemberitaan di televisi-televisi bahwa kebebasan masih terbelenggu bahkan lahir bibit-bibit diskriminasi yang coba dihapuskan ketika era reformasi digulirkan. Dalam uraian sebuah contoh akan penulis munculkan sebagai fakta kuat bagaimana diskriminasi masih menjadi hantu yang meneror bahkan membunuh karya dan akses mahluk sosial kususnya dalam hal ini terjadi pada kaum disabilitas. Apakah dan bagaimana diskriminasi yang akan penulis munculkan? Silahkan ikuti uraian penulis terus mengenai disabilitas dan pandangan masyarakat ini.

Pada tanggal 13 September yang lalu salah seorang anggota dari karya tunanetra Deny Yen Martin Rahman mendapat perlakuan tidak adil atau diskriminasi dari salah satu maskapai penerbangan yaitu Citilink. Iya ditolak untuk terbang bersama Citilink karena tidak menpunyai pendamping untuk naik pesawat. Merasa haknya sebagai warga negara diabaikan dan didiskirminasikan, Deny menentang ketidak adilan tersebut dengan melaporkan kasus penolakanya tersebut pada kepolisian. Untuk lebih lenkap menyimak kasusnya bagi yang belom tau bisa klik halaman berikut: http://www.detiknews.com/read/2011/09/14/173422/1722511/10/ditolak-naik-citilink-penyandang-tunanetra-lapor-polisi Kasus-kasus serupa pun pernah juga menimpa para penyandang ketunaan yang lain pada maskapai Lion Air yang kemudian mendapat tanggapan dari DITJEN penerbangan Edward Alexander Silooy. Menurutnya “Dalam surat edaran Kemenhub tidak boleh ada perlakuan diskriminasi terhadap penyandang cacat”, hal tersebut merujuk pada UU Penerbangan no. 1 tahun 2009 pasal 252, dimana penyandang cacat bukan orang sakit dan mempunyai hak yang sama hanya memerlukan bantuan dari kru penerbangan. Regulasi tersebut sudah termuat dalam surat edaran Kemenhub untuk semua maskapai di Indonesia.
Sedikit dapat kita lihat bahwasanya diskriminasi masih berdiri kokoh diatas bumi kita ini dengan munculnya kasus yang telah diuraikan diatas tadi. Jelas bahwa pandangan masyarakat masih kabur menganai kaum disabilitas yang umumnya masih dipandang sebagai orang sakit yang tidak mampu bergerak sehingga sebaiknya diam saja dirumah. Kita tau bahwa petugas maskapai sudah tentu berpendidikan, akan tetapi kenapa kasus tersebut tidak menjadi pemikirannya? Dalam hal ini tingkat pendidikan tidak menjadi tolak ukur bahwa diskriminasi dan pengetahuan mengenai disabilitas lebih baik dikenal dan lebih bagus penerapannya dari pada masyarakat yang tingkat pendidikkannya dibawah mereka. Dapat digaris bawahi betapa peran kaum disabilitas diperlukan untuk membuka cakrawala masyarakat mengenai apa itu disabilitas dan cara penananannya sehingga kehidupan yang saling hormat menghormati antara masyarakat umum dengan kaum disabilitas bisa berjalan dan kaum disabilitas tidak lagi dipandang sebagai beban mereka.
Sebelum penulis menutup tulisan ini, penulis juga ingin mengungkapkan kisah si penulis yang notabena adalah seorang kaum disabilitas dan pengalaman sahabat penulis yang berhubungan langsung dengan kaum disabilitas dan tengah mendalami ilmu menganai disabilitas pada salah satu universitas di bandung. Pertama penulis ingin mengisahkan kisah yang penulis alami sendiri ketika naik busway. Penulis naik busway dari halte karet Sudirman dengan tujuan halte Duku atas. Sesampainya disanah penulis pun turun dengan bantuan penjaga pintu busway, akan tetapi ketika ingin menuju ke halte Duku atas dua tak ada petugas yang membantu, Dengan percaya diri penuh penulis pun berjalan dengan sebatang tongkat. Tak jauh dari tempat antrian datang seorang ibu dengan seorang anaknya yang masih SD kemudian mengandeng. Si ibu disebelah kanan sedangkan anaknya disebelah kiri. Dia menuntun penulis dengan sangat hati-hati dan baik sekali dalam artian si ibu bisa memberi tahu apa yang harus iya beri tahu kepada si penulis yang notabena salah seorang kaum disabilitas. Dia memberi tahu ketika ada jalanan halte yang rusak dan sangat membahayakan, si ibu menyuruh penulis untuk mengangkat kaki. Dalam perjalanan selanjutnya tiba-tiba si ibu melontarkan kata-kata pedasnya sebagai tanggapan dari ketidak peduliannya orang-orang yang ia temui pada waktu itu di busway.
Si ibu: “Kalau dulu kamu naik busway banyak manusia yang naik, kalau sekarang seperti binatang semua. Rasa kemanusiaannya sudah tidak ada lagi.” Kata si ibu. Penulis kagum dengan si ibu yang menganal kaum disabilitas dan rasa kebersamaannya serta rasa keikhlasannya, dan yang lebih penting si ibu secara tidak langsung mendidik moral anaknya yang pada waktu itu juga ikut menggandeng si penulis. Selanjutnya penulis akan tuangkan sekelumit cerita dari seorang sahabat penulis dari masyrakat yang bukan kaum disabilitas akan tetapi ia berhubungan langsung dengan kaum disabilitas.


Pahlawan Kehidupan
Ketika kehidupan ini tak memberi ruang kepada setiap individu untuk mengaktualisasikan dirinya, padahal kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang paling tinggi dari setiap individu, ingin ku berteriak tentang kejamnya dunia ini. Memang sekarang aku sadar bahwa dunia ini sangat kejam ketika aku mulai menyadari dia berbeda dengan yang lain.
Adikku, dia adalah malaikat kecilku, bayangkan pada usianya yang sangat kecil ini, dia harus menanggung besarnya penderitaan. Tuhan mengapa harus adikku? Mengapa tidak orang lain? Apa salah orang tua ku? Sehingga kau buat adikku seperti ini, kau buat adikku bahan lelucon orang disekelilingnya.
Kawan bayangkan oleh kalian berapa berat beban adikku sekarang? Apakah kalian sanggup menjadi adikku, apakah kalian sanggup berdiri tegap di atas mata sinis orang-orang sombong yang tidak punya hati, bayangkan... ketika keluarga memandangnya berbeda, ketika teman-temannya memandangnya bodoh?......adikku tidak bodoh.
Ingin ku berteriak akan ketidakadilan tuhan pada diri adikku, aku sudah tak sanggup melihat penderitaan ini, melihat dia jadi bahan olok-olokan keluarga, kawan-kawannya, dan masyarakat. Mungkin dia saat ini tak mengerti dengan semua ini, tapi bagaimana kelak?? Bisakah dia bertahan dengan olok-olok ini sampai kelak dia dewasa?
Banyak kejadian yang membuatku harus meneteskan air mata, salah satunya adalah ketika gurunya tak lagi memberikan kesempatan pada dia untuk mencoba ?? Suatu ketika di sekolahnya diadakan penjaringan kelompok drumband. Pertama-tama dia diajak menjadi anggota drumband tersebut, setelah itu dia dikeluarkan.
Bayangkan apa yang akan terjadi pada psikisnya?? Ingin ku memprotes gurunya itu.kalau ibu ingin mematikan semangat adikku “ibu saya kasih nilai 1000” tapi tak sepantasnya ibu seperti itu, beri kesempatan pada dia, karena saya yakin dia bisa, meskipun mungkin waktu nya agak lama, tapi pasti adik saya bisa, saya yakin.
Mungkin ada lagi salah satu peristiwa yang selalu berulang di lontarkan oleh paman kami
“ kamu bodoh “ stop wahai paman ku, adikku tidak bodoh, adikku pintar............tidak ada alasan anda untuk berkata seperti itu??
Apakah anda tahu penderitaan adikku tak sampai disitu, dia harus meyakinkan kepada ibu ku bahwa dia mampu. Dia bisa lebih dari yang lain. Aku tahu
Ibu dia sama seperti orang lain tetapi dalam segi lain dia berbeda dengan yang lain. Ibu jangan kau khawatirkan akan masa depan dia, karena alloh akan selalu membantu dia. Bayangkan ketika ibu memandangnya dengan sebelah mata bagaimana dengan orang lain? Ibu saja seperti itu, apalagi orang lain. Ibu jangan kau patahkan semangatnya, yang dia butuhkan saat ini adalah motivasi dari orang-orang terdekatnya, ibu beban dia terlalu berat, jangan kau berikan beban lagi kepada dia. Ibu jangan khawatirkan dia. Mungkin itu serpihan cerita perjuangan adikku yang tak akan pernah berakhir.
Kawan tidak sampai disitu, seorang sahabat mengingatkan kembali bahwa aku harus bersyukur, dia adalah sahabat hebat yang aku kenal, bayangkan kawan ketika semua orang menjadikan dia bahan olok-olokan dia hanya tersenyum tak pernah dia memarahi teman-temanku, sahabat jika kau tahu bagaimana dia memperjuangkan dirinya agar diterima di lingkungannya pasti kalian akan berkata luar biasa, tapi mungkin tak banyak orang yang ingin mengetahui itu, hanya orang-orang tertentu yang bersedia mencari tahu tentangnya. Bagaimana pertama kali dia harus bangkit dari traumanya, suatu hari kami mengadakan acara foto bareng kelas, kebetulan dia pun ikut, kawan bagaimana perjuangan dia sampai ketujuan kami berfoto itu luar biasa, dimana ketika dia harus hysteris ketika naik angkot, tapi dia tetap berjuang, dan berjuang hingga akhirnya dia sampai apa yang terjadi kawan teman2 hanya mengatakan kamu telat kita sudah foto-fotonya, apakah mereka tak sadar akan perjuangannya, apakah mereka tak mampu menghargai pengorbanan orang lain ingat sahabat, “ hargailah perjuangan orang lain untuk berubah, meskipun kita anggap hal itu adalah hal biasa “

Serpihan puisi untuk tuhan
Tuhan..Tuhan..tuhan
Ulurkan tanganmu..ulurkan tanganmu
Kami butuh uluran tanganmu
Saat ini hanya Engkau yang dapat membantuku

Tuhan...tuhan....
Jika boleh aku bertanya ?
Kenapa adikku? Kenapa
Dia terlalu kecil untuk menanggung beban seberat ini

Tuhan...tuhan....
Aku tahu ini adalah skenario untuk adikku
izinkan ku meminta
berikan adikku 2 kali lipat kekuataan dari orang lain

Tuhan..tuhan..
Aku yakin rencanamu indah
Tunjukan wahai tuhan
Rencana terindahMU untuk adikku

Dari kisah diatas terlihat jelas diskriminasi masih berdiri kokoh yang seharusnya dapat dieleminir (dihapuskan) pada reformasi ini, akan tetapi keadaannya malah berbalik dari harapan kita semua. Pendidikkan inklusi yang dipandang strategis dan universal dalam mengakomodasi hak-hak kaum disabilitas sejalan dengan seruan gerakan hak asasi manusia, dan seruan internasional yang melahirkan konsep mengenai pendidikkan inklusi yaitu pendidikkan untuk semua/ education for all (EFA) yang dikumandangkan oleh UNESCO sebagai kesepakatan global hasil world education forum di Dakkar Sinegal tahun 2000. Penuntasan EFA (education for all) diharapkan dapat berjalan pada tahun 2015, namun apakah harus selama itu kita menunggu implementasi dari pendidikan inklusiyang dicita-citakan oleh kaum disabilitas? Negara kita pun sudah menjamin sekaligus mendukung deklarasi EFA tersebut melalui uud 1945 pasal 31 yang memuat tentang persamaan hak warga negara dalam memperoleh pendidikkan, bahkan UU Sisdiknas pasal 32 no 20 tahun 20023, juga ikut menjadi landasan untuk tercapainya pendidikan yang inklusi, yang mengakui dan menhilangkan perbedaan serta menjunjung tinggi persamaan dalam pendidikan inklusi. Kita harapkan regulasi-regulasi diatas tidak hanya menjadi peraturan semata akan tetapi bisa ditegakan oleh regulator/pengambil kebijakan dan masyarakat umum. Dengan demikian pendidikan yang memanusiakan manusia dapat dinikmati oleh kaum disabilitas dibelahan bumi kususnya di negara kita ini.

Maju terus buat karya tunanetra yang mengusung anti diskriminasi dan pendidikan inklusi bagi kaum disabilitas

1 comment:

  1. Terima kasih informasinya, blognya ringan gan.. ayo galakan kepedulian masyarakat terhadap para penyandang cacat di Indonesia.

    Pernahkah anda merasa betapa kasihannya para penyandang cacat di Indonesia?.

    Bagaimana tanggapan keras anda mewujudkan Indonesia akan hak para orang cacat (Disabilitas dan Pandangan Masyarakat) untuk sekarang ini?

    ReplyDelete

please your messege!comment please!