Puisi ini merupakan kekecewaan dari si penulis atas apa yang baru saja terjadi pada induk sepak bola negeri ini...
Dua puluh Mei, dua puluh juta atau lebih penduduk negeri ini berharap pada hari yang penuh semangat itu.
Hari dimana Dr. Soetomo dan anak bangsa bangkit membangun negeri ini.
Tapi, dua puluh mei ini, mereka tak lagi ingat dengan budi dari para pejuang negeri.
Hari yang seharusnya menjadi kebangkitan PSSI, namun berubah menjadi matinya PSSI.
Tidakah kau liat dari ujung-ujung sepatu citra nama telah diharumkan? Dari ujung kepala sebuah prestasi diangkat keatas untuk negeri ini oleh mereka, pemain bola.
Ini bukan kursi politik wahai bapak-bapak, ini adalah PSSI, pengharum bangsa pencipta kaki-kaki dan kepala-kepala yang berprestasi.
PSSI jangan dipolitisi, karna kami sudah lama haus akan gemerlapnya prestasi.
Ingatlah, dari ujung sepatu, negeri ini akan terkanal meski korupsi terus bernyanyi, dari ujung kepala pula, bangsa ini akam meng-angkasa di asia dan dunia, meski perang saudara terjadi.
UNTUKMU PSSIKU
Bagus teng! Blogger Buta
ReplyDelete