situs iklan klik

Wednesday, January 19, 2011

DEGUNG SWEET MEMORIES

Yaps, fact,Ive sweet memories which recently imagined when I practiced playing degung music again.
Ceritanya sudah berlalu 8 tahun silam dimana aku harus berlatih musik tradisional jawa barat yaitu degung. Pada waktu itu guruku diminta untuk menampilkan musik tradisional dari daerahnya tentu jawa barat, akan tetapi karena murid2 yang biasa iya bawa untuk bermain degung dalam setiap penampilan sudah tak bisa dihubungi lagi, maka akhirnya guru degung itu membentuk pemusik degung baru yang salah satu personilnya yaitu aku sendiri. Betapa terkejutnya ketika si bapa guru memanggil saya dan beberapa murid didikkannya yang telah iya didik musik degung berlatih pada siang hari yang cukup panas di ruang degung pada waktu itu. Dengan senyum2 aku berlatih degung, aku tertawa bagaimana bapa guruku bisa mengambil aku sebagai pemain degung sementara selama aku belajar kesenian dengannya aku tak pernah sedikitpun diajarkan musik degung. Memang pada waktu aku dipanggil untuk ikut grup musik degung sambil terheran aku bertanya "wah, bapa ngga salah ni ngambil saya jadi pemain degung?" lalu dengan enaknya bapa itu cuma menjawab "mainnya gampang ko tar juga bisa." Katanya demikian. Akhirnya karena aku menghormati kepercayaan yang secara tidak langsung dibebankan oleh si bapa, aku ikut berlatih dengan teman2ku yang kebetulan adik2 kelasku. Mereka tau aku tak pernah bermain musik degung dan mereka tau pula nampaknya aku tak pernah berminat sedikkitpun pada musik tradisional tersebut, karena itu mereka menyuruhku memilih sendiri alat apa yang ingin aku mainkan dan mereka akan mengajariku kemudian. Aku langsung saja menjatuhkan pilihanku pada alat musik yang bernama saron, sambil memegang pukulan saron itu, aku masih tak percaya dan tertawa-tawa sambil bergaya seperti emang-emang atau si akang pemain degung. Kami berlatih sambil tertawa karena aku yang belum bisa serius dalam berlatih alat yang baru aku dekati pada waktu itu. Akan tetapi keseriusanku muncul ketika bapa guruku berkata bahwa 4 hari lagi kami akan ditampilkan pada acara perpisahan kelas 3 sltpn 226 yang pada waktu itu menjadi sekolahku ketika aku duduk dikelas 2. Memang aku terkejut mendengar waktu yang begitu singkat seakan-akan aku dihukum mati berlatih secepat itu dalam tempo 4 hari. Aku tak menghiraukan lagi waktu yang singkat yang diberikan kepadaku, dalam pikiranku kalau nanti permainanku jelek dan bapa guruku kecewa kepadaku, maka aku akan terbebas dari grup degung ini dan aku memang benar2 tak berbakat disini, akan tetapi kenyataanya berbeda, dalam waktu 4 hari itu, aku berhasil memainkan saron bersama temanku yang telah lebih dulu bisa. Akhirnya aku menjadi menikmati permainanku yang memang masih terdengar kurang merdu tapi cukup memotifasiku pada waktu itu. Akhirnya batas waktu itu tiba dan kami pentas di sebuah panggung di gedung graha. Lagi2 aku tersenyum kepada diri sendiri tak pernah terbayang bahwasanya aku akan menjadi bagian dari musik tradisional yang dulu tak ada sedikitpun keinginanku untuk memainkannya. Dengan tabuhan kendang yang seirama dan suara seruling sunda yang begitu medu dimainkan oleh bapa guruku, kami mengiringi resesi perpisahan itu. Setelah momen pertama itulah akhirnya aku menjadi personil tetap grup musik degung bersama adik2 kelasku dan banyak tampil disetiap acara perpisahan kelas. Dari beberapa acara yang pernah kami isi dengan permainan degung kami, pernah dalaam sebuah acara dimana kami memakai seragam adat dengan blangkon, kembali aku menertawakan betapa lucunya aku kini menjadi pemain degung dengan seragam mirip kyai2 jaman dulu, begitu mencolok perbedaan penampilanku ketika aku bermain band dengan kaos saja dan memegang gitar atau bass. Seiring jalannya waktu, akhirnya aku pergi ke Bandung untuk melanjutkan pendidikanku hingga mengharuskan aku berpisah dengan teman2 grup musik degung. Lama sekali aku tak menyentuh alat musik degung lagi, hingga pada suatu hari temanku dimana aku tinggal numpang di rumahnya membeli seperangkat alat musik degung, kembali aku tertawa bertemu dengan alat musik itu lagi. Aku coba memainkan lagu yang pernah aku pelajari dulu, dan hanya beberapa lagu saja yang aku masih bisa mainkan itupun dengan sedikit lupa. Kembali lama aku tidak mau menyentuhnya lagi, dan baru aku berlatih lagi sebelum tulisan ini aku posting pada blogku ini. Dari temanku yang pernah belajar musik degung di SLBN wyata guna, aku diajarkan permainan dasar dan lagi2 aku memilih saron. Aku belajar dua jenis yaitu kebo jiro dan catrik, dalam beberapa menit aku bisa juga memainkannya. Ketika kami bersama memainkan musik itu dengan iringan suling dan kendang, disitulah yang aku katakan dengan sweet memories in degung music. Terbayang kembali kenangan2 manis 7 atau 8 tahun silam.

1 comment:

  1. Pengalaman yang menarik. Kita memang harus mencintai budaya tradisional kita. Jangan dilupakan ya degungnya. Semangat terus!

    ReplyDelete

please your messege!comment please!